Lagi membaca beberapa pekerjaan dan naskah, tiba tiba aku tergelitik ingin berbagi tentang kelemahan penulis fiksi pemula.
Ada setidaknya 8 kesalahan yg sering aku temui di naskah fiksi yg ditulis penulis pemula. Fiksi ada kesalahan? Ya, artinya, rumusnya ga tepat. Kalo diibaratkan buat kue, naskah fiksi ini membuat naskah fiksi bantut/rusak. Kayak kue yg gak bisa mengembang/mekar.
Yang pertama : Ketiadaan Konflik. Banyak sekali naskah fiksi gagal yg tidak punya konflik di dalam ceritanya. Konflik itu apa? Konflik adalah perlawanan atas sesuatu yg diperjuangkan oleh si karakter. Konflik adalah arus balik. Fiksi bersandar pada konflik, bkn pd “konsep crita”. Konsep cerita sekeren apapun bkl hncur tnp adanya konflik. Konflik adalah nyawa. Seperti tangga, konflik bertahap, dari tangga bawah ke atas. Konflik juga seperti bayi, bertumbuh. Konflik yg stagnan dan begitu begitu saja bukan fiksi mati.
Kedua : Pembukaan yg lemah. Pembukaan lemah artinya pembukaan yg tidak memperlihatkan konflik. Konflik seharusnya sudah membayang muncul di pembukaan Prolog. Pembukaan yg salah adalah pembukaan yg mengabaikan/menahan konflik. Karena konflik sudah mnghantui pembukaan dari awal naskah, maka penyelesaiannya pun harus kuat.
Ketiga : penyelesaian konflik yg lemah. Lemah artinya konflik yg dibangun hanya selapis tipis. Penyelesaian konflik yg lemah disebabkan oleh tokoh yg tidak berjuang, tapi dapat pertolongan.
Keempat : Tokoh harus berjuang menyelesaikan masalahnya. “Mendapat pertolongan” artinya memasukkan tokoh/situasi lain yg langsng menyelamatkan dia. Tokoh utama boleh “mendapat pertolongan” dalam situasi yg “indirect” alias tidak langsung, tp penyelamatannya BUKAN dengan “diserobot”. Untuk bahasa awam, ini sering disebut dgn aksi “kebetulan”. Kebetulan dalam fiksi bisa saja terjadi, tapi kebetulan yg lebay adalah “aksi serobot”.
Kelima : Dialog yg garing. Dialog bertele tele. Dialog haha-hihi-hehe. Dialog ke sana kemari. Semua dialog jenis itu membuat fiksi tidak bergerak ke mana-mana. Humor dalam dialog boleh, tapi humor pun punya rumusnya. Ada pembukaan, ada tengah, ada kick-ass-nya. Tanpa itu, humor mati dalam dialog.
Keenam : kalimat kalimat yg tdk patuh pada aturan Bhs Indonesia. Ini bukan naskah pakai bhs Mars! Sakiiiit hati kalau ada yg berani bilang di depanku, “Bahasa Indonesia itu gampang.” Helooow, bhs Indonesia itu susah, tau! Dan kita semua harus belajar bahasa Indonesia dimulai dari yang paling sederhana: SPOK atau KSPO. (Subyek, Predikat, Obyek, Keterangan). Karena bahasa Indonesia tidak terlalu mendapat perhatian terkadang banyak sekali para penulis mengabaikan pentingnya penulisan sesuai aturan tersebut dalam fiksinya.
Ketujuh : tanda baca yg tidak pada tempatnya. Kesewenangan dalam tanda baca bisa menjadi bukti bahwa kita adalah manusia ugal ugalan dalam menulis. Kenapa? Karena tanda baca itu rambu lalu lintas dalam menulis. Penulis fiksi yg tak peduli dengan peletakkkan tanda kutip, koma, titik, titik tiga, titik koma dll akan membuat naskah fiksi jadi rusak.
Kedelapan : Setting yg terlupakan. Isi cerita hanya dialog. Apa itu setting? Setting adalah keadaan cerita, dari lingkungan sampai suasana. Tanpa kehadiran setting, cerita sudah dipastikan akan gatot (gagal total) dan para pembaca pun akan tidak mengerti dari cerita yang kita buat tersebut.
Nah, ini adalah 8 kesalahan umum yg sering aku temui saat bertugas memeriksa naskah2 fiksi. Don’t worry, kesalahan kesalahan itu gak diancam hukuman neraka :))
Jadi, be happy, karena 8 kesalahan naskah fiksi masih bisa diperbaiki dan diimprovisasi. Banyak baca buku & terus meningkatkan kualitas tulisan. Selamat melanjutkan menulis naskah & menyusuri di mana kesalahan kesalahan itu.
…………..
ternyata ficku juga belum sepenuhnya sempurna ya XDDDD. So… mari kita belajar bareng, membuat fic yang berkualitas. Ga perlu panjang yang penting sarat arti, oke!!! ini tulisannya emang rada acakadut, ngopinya dari twiter sih #nyengir
Semoga bermanfaat untuk para penulis maupun author!
source : shadowgirlheaven.wordpress
Tidak ada komentar:
Posting Komentar